top of page

Ayah, bunda, ada yang anaknya alergi?

Updated: Jun 15, 2020

Kemarin ketemu short anime cerita tentang anak yang alergi makanan - telur. Ini trailernya, potongan adegan ini mengingatkan kembali saat Saifan (13 tahun) dan Safa (9 tahun) kecil. Lari2 gendong mereka ke dokter praktek atau rumah sakit, atau tiba2 ditelpon day care (ini Saifan) untuk langsung ke dokter karena anaknya sesak nafas. Gak ada mobil, angkot, pakai taksi gak mampu dan nunggunya pun lama, gak ditemenin suami, sendiri, hanya berbekal kartu asuransi, uang 500-1000 yen dan bahasa Jepang seadanya.



Disini saya memposisikan diri jadi orang yang tidak tahu, tidak berilmu untuk hal ini, selama kata dokter “daijyoubu” - “tidak apa apa”, manut disuruh tes A, B,C, gendong2 saifan di lorong rumah sakit sambil diinfus pun terima, gak pakai ngotot minta anaknya dirawat di kamar atau bolak balik panggil dokter atau suster.


Awal ketahuan itu karena anak kecil ini, Saifan, ngerondang ke tempat sampah, menemukan cangkang telur, dimainkan, kemudian tangannya ngelap ke mata, muka dan hampir dimasukkan ke dalam mulut, hanya dalam hitungan detik bagian yang kena sisa dari isi telur tersebut bengkak dan anaknya mulai nangis karena bereaksi ke tubuhnya. Alhamdulillah tidak sampai ke dokter karena memang tidak sampai kemakan, jadi hanya reaksi kulit saja yang terjadi, bentol2 besar.


Untuk Saifan, cara dirinya mempertahankan dirinya, mungkin ya, ini mah analisis saya sendiri. Dia jadi picky eater, gak bisa tuh dikasih makanan macem-macam. Yang masuk cuma oatmeal, bubur nasi polos, mashed potato, tahu, buah. Telur sudah pasti big no, tapi ayam, daging, ikan pun gak bisa masuk. Nah pas masuk daycare, karena harus makan di sekolah, maka butuh surat untuk menyatakan kalau gak bisa makan telur, kalau babi, ayam, daging, alkohol (termasuk mirin) sudah gak masalah karena alasan agama. Jadilah di tes, dan keluar lah hasilnya yang ternyata anaknya gak hanya alergi telur, tapi ayam, daging sapi, daging babi, susu, mentega, keju, ini yang angka di antara 4-5 dari total max 6.

Nah kalau Safa, sama nih kayak tokoh di anime diatas. Anaknya suka makan, suka nyoba macem2, dan aktif. Tapi ternyata justru lebih berbahaya kalau anaknya ternyata alergi. Kenapa? Karena anak seperti ini gak bisa nahan untuk mau nyoba, segala dimasukin ke mulut. Jadilah kalau Safa sama seperti adegan di akhir anime tersebut, ketika tokohnya makan es krim yang biasa dikonsumsi, tapi ternyata ingridientnya berubah, jadi ada telur di dalamnya, dimulai dari dari bentol2 kemudian sesak nafas, sampai butuh injeksi epinefrin.


Kejadian di atas terjadi di Safa, saat saya dan anak2 lagi mudik ke Indonesia, orang sekitar sudah dikasih tahu kalau anak2 alergi. Ceritanya, Safa tuh suka keju, alhamdulillah memang dicoba kasih ½ slice keju masih aman, gak ada reaksi. Dan suatu saat, ketika anaknya sudah dapat jatah keju, neneknya yang sayang banget dan kasihan karena cucu nya minta2 lagi, diberikanlah itu keju yang ½ nya lagi. Hasilnya, dalam hitungan menit langsung muncul bentol2 dan lama-lama sesak nafas. Saat itu tidak pegang obat sama sekali, karena memang anak2 selalu terjaga saat di Jepang, akhirnya ke apotik untuk beli obatnya, saat itu diberikan, dan dalam beberapa saat nafasnya alhamdulillah mulai membaik.


Kenapa sih bayi bisa alergi? Bisa genetik, atau kebiasaan dari ibu saat hamil yang akhirnya membuat sistem imun anak bereaksi kepada zat yang seharusnya tidak alergi - inappropriate immune response. Di saya, setelah introspeksi adalah karena saya over konsumsi susu dan keju. Niatnya agar bayi dikandungan tercukupi kebutuhan makanan bergizi, high protein disaat saya tidak bisa makan macem2, malah ternyata efeknya sebaliknya. Saya belajar bahwa segala yang berlebihan itu tidak baik adalah benar.


Alergi pada bayi biasanya berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan imunitas tubuh.. Jadi biasanya bisa mulai coba diperkenalkan kepada makanan yang alergi secara sedikit demi sedikit mulai umur 2 atau 3 tahun. Tapi untuk beberapa orang ada yang bisa membutuhkan waktu lebih lama atau tidak sembuh sama sekali. Dan ada kemungkinan pula alergi yang berubah dari sebelumnya alergi makanan, menjadi kepada binatang, udara, dan air.


Ini pengalaman juga, kejadian ke Saifan (Februari 2020). Untuk makanan sudah aman, baru2 ini muncul reaksi di kulit dan parah. Ternyata alergi terhadap kucing dan bedbug. Menerima hasil testnya alhamdulillah gak shock, yang shock adalah bayar tagihan tes alerginya, di Indonesia namanya tes panel Indonesia untuk cek 55 jenis alergen, biayanya hampir 2 juta. Di jepang Saifan rutin tes alergi tiap 6 bulan dengan biaya sekali cek 200 yen sekitar 28 ribu rupiah di kurs sekarang.

ree

Pesan untuk ayah, bunda yang anaknya terduga alergi atau divonis alergi, sebaiknya mencari informasi sebanyak-banyaknya seputar alergen anaknya, jika ada dananya, lakukan tes alergi, buatlah catatan berupa jurnal seputar makanan yang dapat dikonsumsi, obat-obatan yang telah diberikan, dan berhati-hati, memperhatikan ingredient dari vaksin jika metode ini menjadi salah satu ikhtiar. Jangan lupa untuk memberikan pengertian kepada anak mengenai perihal makanan yang dapat dikonsumsi jika si anak sudah bisa diajak komunikasi dan juga orang-orang di sekitarnya.


-Emiria








Recent Posts

See All
Appeal to Authority

Di media sosial banyak kita temukan status maupun komentar berdasarkan argumen pada pendapat orang yang berpengaruh atau mempunyai...

 
 
 

Comments


© 2020 Salsabila Homeschool created with Wix.com

bottom of page