Narasi Tertulis CM Bogor Bernarasi Minggu Kelima
- Salsabila Homeschool

- Aug 6, 2020
- 2 min read
Tulisan kali ini adalah narasi tertulis mandiri, karena saya tidak dapat mengikuti kelas Narasi minggu kelima, tanggal 23 Juli 2020 yang lalu. Buku yang akan dibahas kembali ke volume 3 dimulai dari pendahuluan bagian terakhir.
Charlotte Mason menjelaskan dua hal yang masuk ke dalam proses pendidikan yakni “benda” dan “buku”. Benda adalah alat-alat yang digunakan untuk proses belajar praktek, ia tidak akan membahas ini lebih mendalam. Fokus beliau adalah kepada buku. Saat ini buku tidak dipergunakan dengan sebaik-baiknya dalam bidang pendidikan, pembentukan kebiasaan untuk membaca dengan baik khususnya untuk usia dibawah 12 tahun tidak dibentuk dengan baik di sekolah. Buku-buku sekolah hanyalah berupa buku dengan tatanan kata yang benar, mudah tetapi tidak membuat anak untuk berpikir terhadap apa yang ia pelajari. Menurutnya penggunaan buku jenis ini di bidang edukasi bermanfaat untuk praktek, mengurangi waktu kerja baik guru dan murid, dan yang paling utama adalah mengurangi proses koreksi, karena buku-buku tersebut telah lengkap dengan berbagai informasi melimpah.
Sayangnya informasi berlimpah yang ditampilkan dalam buku-buku tersebut tidak membuat anak menjadi terbuka pikirannya, karena tidak ada ruang untuk merangsang mereka untuk berpikir. Hal berbeda dengan buku-buku “living books”, buku yang hidup. Buku ini menampilkan fakta tetapi secara bersamaan juga dapat memunculkan ide-ide baru bagi anak-anak.

Anak-anak yang belajar dengan menggunakan cara ini akan mengenal ilmu dengan lebih luas, dan selalu ingin tahu. Mereka dapat mempersiapkan sendiri apa yang akan mereka pelajari, dan menunjukkan minat baik terhadap ilmu praktis dan intelektual.
Pendahuluan dari buku volume tiga sudah selesai dinarasikan, maka kita lanjutkan ke bab 1 dengan judul, menurut saya, ketaatan dan otoritas di sekolah dan rumah.
Charlotte Mason menegaskan bahwa kondisi hubungan antara anak-anak dan orangtua saat ini sudah lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya. Orang-orang yang telah sadar akan pendidikan, akan merasa bahwa ia memiliki tugas untuk memperhatikan kebutuhan dan perilaku anak-anaknya. Sehingga komunikasi dan hubungan antara anak-anak dan orang tua atau orang yang lebih tua menjadi lebih dekat. Hal tersebut tidaklah mudah, karena sebelumnya seperti ada jurang pemisah yang dalam antara pemikiran orang tua dan pemikiran anak-anak. Hubungan antara orangtua dan anak sebelumnya adalah anak hanya melihat posisi orang tuanya sebagai raja yang otoriter, tidak ada diskusi berlanjut karena ucapan orang tua berlaku hanya satu arah, dari orangtua ke anak. Perasaan, keinginan, pertanyaan, dan minat anak tidak dihiraukan. Jika terdapat anak-anak yang mempertanyakan mengapa mereka diminta untuk melakukan hal ini dan itu, maka mereka akan digolongkan sebagai anak-anak pembangkang. Tetapi dengan pendidikan seperti ini, sifat pembangkang akan dapat muncul baik cepat atau lambat, karena anak-anak tidak diberikan ruang untuk bergerak, dan mereka hanya diminta untuk tunduk atas otoritas yang tidak mereka pahami tujuannya.
Emiria Chrysanti



Comments