top of page

Pendidikan Klasik


Pendahuluan Pendidikan Klasik Yang dimaksud dengan pendidikan klasik adalah metode pendidikan yang pertama kali dikenalkan oleh Phytagoras pada abad ke-5 sebelum Masehi. Metode ini kemudian diadopsi oleh peradaban-peradaban setelahnya, termasuk peradaban Islam (di Kota Bagdad dan Kordoba), peradaban Eropa pada abad pertengahan dan zaman Renaissance. Metode pendidikan ini kemudian dikenal dengan tujuh seni/ilmu/keterampilan/kemampuan liberal. Di Indonesia kata “liberal” seringkali memiliki konotasi negatif. Padahal arti harfiah dari liberal adalah merdeka. Metode pendidikan klasik ini mengajarkan alat-alat esensial yang memerdekakan manusia untuk dapat belajar dan memahami secara mandiri. Tujuh seni liberal ini dibagi lagi menjadi dua, Trivium dan Quadrivium. Di “masa keemasan” Islam, metode ini menghasilkan ilmuwan-ilmuwan dan pemikir cemerlang seperti Al Khawarizmi, Al Farabi, Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Arabi, dan Ibnu Sina (Avicenna). Pendidikan/Educere Educere, yang berasal dari kata latin edu dan cere, memiliki arti “menuntun keluar”. Oleh karena itu, secara epistemologi, yang dimaksud dengan pendidikan adalah sebuah usaha untuk menuntun keluar potensi yang dimiliki oleh seorang manusia. Atau dengan kata lain, agar ia ingat kepada apa yang ia lupakan. Selanjutnya, penuntut ilmu diharapkan mengingat kembali Sumber dari semua ilmu tersebut. Ilmu pengetahuan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ruh/jiwa manusia. Tingkatan tertinggi dari proses pendidikan adalah bersatunya yang mengetahui, yang diketahui, dan pengetahuan itu sendiri (proses mengetahui) menjadi satu bagian yang utuh. Trivium Trivium adalah tiga cabang ilmu yang berdasarkan kebenaran, keindahan dan kebaikan. Subyek-subyek di dalam Trivium adalah: (1) grammar/tata bahasa (kemampuan untuk mengetahui struktur bahasa yang baik); (2) logika (kemampuan untuk memahami kebenaran); (3) retorika (kemampuan untuk menyampaikan kebenaran dengan tata bahasa yang indah dan logika yang baik). Jika kita renungkan, tiga pilar inilah yang menjadi tumpuan di dalam dakwah Baginda Rasulillah (SAW): (1) Mukjizat terbesar Baginda Rasulullah (SAW) adalah Al Qur’an, yang merupakan Kalamullah dan memiliki kekhususan berupa penggunaan tata bahasa yang luar biasa. (2) Baginda Rasulullah (SAW) adalah manusia yang menggunakan tata bahasa paling baik, memiliki logika paling baik, dan memiliki kemampuan menyampaikan (retorika) yang paling baik pula. Ketika kita mempelajari Trivium untuk menyempurnakan fakultas intelektual kita, insyaAllah kita sedang mengikuti Sunnah Baginda Rasulullah (SAW). Apalagi apabila kita niatkan untuk memperkuat usaha-usaha amar ma’ruf nahi munkar. Quadrivium Trivium menitikberatkan kepada penyempurnaan fakultas internal manusia, khususnya kepada akal/intelek. Quadrivium menitikberatkan kepada penyempurnaan pemahaman terhadap materi, khususnya kepada angka dan turunannya: (1) Aritmetika (ilmu angka), (2) Geometri (ilmu angka dan hubungannya terhadap ruang), (3) Harmoni (ilmu angka dan hubungannya terhadap waktu), (4) Astronomi (ilmu angka dan hubungannya terhadap ruang dan waktu). Ilmu-ilmu ini membuka jalan untuk mencapai nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan, yang pada akhirnya diharapkan untuk membimbing akal pikiran kepada Yang Maha Indah. Pembagian cabang-cabang ilmu

  1. Ilmu/keterampilan bermanfaat dasar (ilmu bangunan, ilmu pengobatan, ilmu hukum, ilmu mencetak, dll.)

  2. Ilmu/keterampilan seni rupa/berfaedah keindahan (ilmu arsitektur, ilmu musik instrumental, ilmu pahat, ilmu melukis, ilmu literatur, ilmu drama, dan ilmu tarian)

  3. (Tujuh) Ilmu/keterampilan/seni liberal (Trivium dan Quadrivium)

Dua cabang ilmu pertama adalah cabang-cabang ilmu yang transitif: Ada subjek, ada predikat dan ada objek yang dipengaruhi oleh predikat. Proses penggunaan ilmu-ilmu tersebut dimulai dari seorang pelaku dan berakhir pada sebuah benda yang dihasilkan, yang biasanya memiliki nilai komersial. Kedua cabang ilmu ini dapat digunakan untuk mencari penghidupan, mengabdi dan bekerja kepada/untuk orang lain. Jika dianalogikan dengan menggunakan kalimat transitif seperti “Ibu mencuci baju.”, maka ada sebuah proses yang dimulai dari “Ibu”, dan berakhir pada objek (baju).

Trivium dan Quadrivium merupakan cabang-cabang ilmu yang intransitif: Ada subjek, ada predikat, namun tidak ada objek. Proses penggunaan ilmu-ilmu ini dimulai dan berakhir pada sang pelaku. Cabang ilmu ini ditujukan untuk membantu seseorang naik melampaui tendensi duniawi/materi, agar ia dapat menggapai kehidupan yang cerdas, rasional, dan bebas untuk terus mencari dan menyempurnakan pemahamannya tentang Kebenaran (Al Haqq). Jika menggunakan analogi kalimat intransitif seperti “Bunga mekar.” maka dapat kita lihat bahwa ada sebuah proses yang dimulai pada “bunga” dan berakhir pada “bunga” pula. Demikianlah hakikat dari cabang-cabang ilmu di dalam pendidikan klasik. Trivium sebagai alat untuk memahami konsep/kenyataan Grammar/tata bahasa: berhubungan dengan bagaimana sebuah konsep disimbolisasi/direpresentasikan Logika: berhubungan dengan bagaimana sebuah konsep dimengerti/dipahami Retorika: berhubungan dengan bagaimana sebuah konsep disampaikan (untuk dimengerti oleh orang lain) Penutup Cabang-cabang ilmu di dalam pendidikan klasik (Trivium dan Quadrivium) dapat membantu mengangkat derajat seseorang menjadi pembelajar sejati, melampaui tendensi duniawi. Melalui pendidikan klasik ini, seseorang akan mempelajari alat-alat bantu dan melatih dirinya untuk mencapai potensinya mencari dan memahami Kebenaran (Al Haqq) hingga ke liang lahat.

-Fendrri

Comments


© 2020 Salsabila Homeschool created with Wix.com

bottom of page